Hadits Arbain | Rumaysho.Com

Fawaid Hadits Arbain dari:
Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawaid min Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah karya Syaikh โ€˜Abdullah Al-Furaih hafizhahullah

disarikan oleh Muhammad Abduh Tuasikal

View in Telegram

Recent Posts

#DarushSholihin, Panggang, Gunungkidul, Sabtu Pon, 16 Rabiul Akhir 1441 H

๐Ÿ”– Muhammad Abduh Tuasikal
Hadits Ke-42: Luasnya Ampunan Allah
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ูŠูŽู‚ููˆู„ู: ยซู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: ูŠูŽุง ุงุจู’ู†ูŽ ุขุฏูŽู…ูŽ! ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู…ูŽุง ุฏูŽุนูŽูˆุชูŽู†ููŠ ูˆูŽุฑูŽุฌูŽูˆู’ุชูŽู†ููŠ ุบูŽููŽุฑู’ุชู ู„ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูุจูŽุงู„ููŠ. ูŠูŽุง ุงุจู’ู†ูŽ ุขุฏูŽู…ูŽ! ู„ูŽูˆ ุจูŽู„ูŽุบูŽุชู’ ุฐูู†ููˆุจููƒูŽ ุนูŽู†ูŽุงู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ุซูู…ู‘ูŽ ุงุณู’ุชูŽุบู’ููŽุฑู’ุชูŽู†ููŠ ุบูŽููŽุฑู’ุชู ู„ูŽูƒูŽ. ูŠูŽุง ุงุจู’ู†ูŽ ุขุฏูŽู…ูŽ! ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽูˆ ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชูŽู†ููŠ ุจูู‚ูุฑูŽุงุจู ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฎูŽุทูŽุงูŠูŽุง ุซูู…ู‘ูŽ ู„ูŽู‚ููŠู’ุชูŽู†ููŠ ู„ุงูŽ ุชูุดู’ุฑููƒู ุจููŠ ุดูŽูŠู’ุฆุงู‹ ู„ูŽุฃูŽุชูŽูŠู’ุชููƒูŽ ุจูู‚ูุฑูŽุงุจูู‡ูŽุง ู…ูŽุบู’ููุฑูŽุฉู‹ยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุชู‘ูุฑู’ู…ูุฐููŠู‘ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallambersabda, โ€œAllah Tabarak wa Taโ€™ala berfirman, โ€˜Hai anak Adam! Sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam! Seandainya dosa-dosamu membumbung sepenuh langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam! Seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apapun, pasti Aku akan menemuimu dengan sepenuh bumi ampunan.โ€ (HR. At-Tirmidzi no. 3540 dan berkata, โ€œhadits hasan shahih.โ€)

Keterangan hadits:
- Wa laa ubaali: aku tidak pandang banyaknya dosamu.

Faedah hadits:
1. Luasnya karunia Allah dan ampunan-Nya walau dosa hamba itu sangat banyak.
2. Keutamaan berdoa kepada Allah dan mengharap kepada-Nya, di mana doa harus diiringi dengan rasa harap agar tidak jadi doa yang sia-sia.
3. Manusia tidaklah maksum, artinya pasti berbuat salah. Maka bersegeralah untuk bertaubat agar dihapus kesalahan.
4. Keutamaan tauhid yang luar biasa karena siapa yang mati dalam keadaan tidak membawa dosa syirik, maka ia akan masuk surga.
5. Kita pasti bertemu Allah kelak.

Kaedah dari hadits:
Tanda hadirnya hati dalam berdoa adalah ada roja' (rasa harap yang kuat).
Hadits ke-41: Kewajiban Mengikuti Syariat
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจู’ู†ู ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุจู’ู†ู ุงู„ุนูŽุงุตู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ: ยซู„ุงูŽูŠูุคู’ู…ูู†ู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽูƒููˆู†ูŽ ู‡ูŽูˆูŽุงู‡ู ุชูŽุจูŽุนุงู‹ ู„ูู…ูŽุง ุฌูุฆู’ุชู ุจูู‡ูยป ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุตูŽุญููŠู’ุญูŒ ุฑููˆู‘ููŠู’ู†ูŽุงู‡ู ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจู ุงู„ุญูุฌู‘ูŽุฉู ุจูุฅูุณู’ู†ูŽุงุฏู ุตูŽุญููŠู’ุญู.
Dari Abu Muhammad Abdullah bin โ€˜Amr bin โ€˜Ash Radhiyallahu โ€˜Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œTidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.โ€ (Hadits hasan shahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih)

Keterangan hadits:
- Laa yu'minu: tidak sempurna imannya.
- Hawaahu: hawa nafsu condong padanya
- Tab'an limaa ji'tu bihi: mengikuti syariat yang nabi bawa

Faedah hadits:
1. Peringatan mendahulukan hawa nafsu dari syariat.
2. Orang yang bagus imannya adalah yang menjadikan diri dan hawa nafsunya patuh pada syariat.
3. Hawa nafsu ada dua macam: (a) mahmud (terpuji) dan (b) madzmum (tercela). Mahmud berarti sesuai syariat, madzmum berarti menuruti syahwat.
4. Wajib berhukum dengan syariat Islam.

Kaedah dari hadits:
1. Siapa yang menundukkan hawa nafsunya pada syariat maka ia akan selamat, sebaliknya ia akan ghawa (sesat).
2. Wajib mendahulukan dalil, lalu meyakini. Jangan kita meyakini, baru cari dalil, nantinya sesat.
3. Orang yang mendahulukan hawa nafsu berarti menjadikan sesuatu disembah selain Allah.
ุฃูŽููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ู…ูŽู†ู ุงุชู‘ูŽุฎูŽุฐูŽ ุฅูู„ูŽูฐู‡ูŽู‡ู ู‡ูŽูˆูŽุงู‡ู
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Hadits Ke-40: Hiduplah Laksana Musafir
ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ุจูู…ูŽู†ู’ูƒูุจูŽูŠู‘ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซูƒูู†ู’ ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽูƒูŽ ุบูŽุฑููŠู’ุจูŒ ุฃูŽูˆู’ ุนูŽุงุจูุฑู ุณูŽุจููŠู’ู„ูยป
ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู…ู’ุณูŽูŠู’ุชูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุจูŽุงุญูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุตู’ุจูŽุญู’ุชูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ุงู„ู…ูŽุณูŽุงุกูŽ. ูˆูŽุฎูุฐู’ ู…ูู†ู’ ุตูุญู‘ูŽุชููƒูŽ ู„ูู…ูŽุฑูŽุถููƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุญูŽูŠูŽุงุชููƒูŽ ู„ูู…ูŽูˆู’ุชููƒูŽ. ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุจูุฎูŽุงุฑููŠู‘ู.
Dari Ibnu โ€˜Umar Radhiyallahu โ€˜Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, โ€œJadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.โ€
Ibnu โ€˜Umar Radhiyallahu โ€˜Anhuma berkata, โ€œJika kamu memasuki sore hari, maka jangan menunggu pagi hari. Jika kamu memasuki pagi hari, maka jangan menunggu sore hari. Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.โ€ (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Keterangan hadits:
Gharib: asing dari negerinya
'Abiru sabiil: musafir

Faedah hadits:
1. Kita dimotivasi untuk meninggalkan dunia dan zuhud pada dunia.
2. Bagusnya pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan memberi contoh yang memuaskan.
3. Hendaklah kita bersegera memanfaatkan umur, memanfaatkan waktu kuat yaitu masa sehat dan masa hidup.
4. Keutamaan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma karena perkataannya terpengaruh dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
5. Bersegera beramal saleh pada waktu kita saat ini, tidak menunda-nundanya, karena kita tidak tahu keadaan setelah itu.

Kaedah dari hadits:
Kaedah istitsmar: hendaklah kita sibuk dengan sesuatu yang akan kekal, bukan sesuatu yang akan fana. Artinya, banyaklah sibuk dengan akhirat, sedangkan dunia kita diajak untuk zuhud (ambil sekadarnya saja dari yang halal).
Hadits Ke-39: Tiga Hal yang Allah Maafkan
ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„: ยซุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุฌูŽุงูˆูŽุฒูŽ ู„ููŠ ุนูŽู†ู’ ุฃูู…ู‘ูŽุชููŠ: ุงู„ุฎูŽุทูŽุฃูŽ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูุณู’ูŠูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุงุณู’ุชููƒู’ุฑูู‡ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูยป ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุงุฌูŽู‡ู’ ูˆูŽุงู„ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ูŽุง.
Dari Ibnu โ€˜Abbas Radhiyallahu โ€˜Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œSesungguhnya Allah mengampuni umatku untuku: kekeliruan, lupa, dan apa yang dipaksakan kepadanya.โ€ (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 2045, Al-Baihaqi VII/356, dan selainnya)

Keterangan hadits:
Tajaawaza: memaafkan
'an ummati: ummatil ijabah, ummat yang menerima dakwah.

Faedah hadits:
1. Luasnya rahmat Allah pada hamba-Nya.
2. Allah memaafkan hamba ketika keliru, lupa, atau dipaksa.
3. Pemaafan dan kemudahan adalah kekhususan umat ini.
4. Syariat datang untuk mengangkat kesulitan. Maka konsekuensinya, dosa diangkat dari orang yang tidak berniat yaitu saat keliru, lupa, atau dipaksa.

Kaedah dari hadits:
Segala yang haram yang dikerjakan hamba karena tidak tahu (jahil), lupa, atau dipaksa, maka tidak dikenakan dosa.
Hadits Ke-38: Keutamaan Wali Allah
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ : ยซุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุงุฏูŽู‰ ู„ููŠ ูˆูŽู„ููŠู‘ุงู‹ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุขุฐูŽู†ู’ุชูู‡ู ุจูุงู„ุญูŽุฑู’ุจู. ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฑู‘ูŽุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุงูู’ุชูŽุฑูŽุถู’ุชู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู. ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ูŠูŽุชูŽู‚ูŽุฑู‘ูŽุจู ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ ุจูุงู„ู†ู‘ูŽูˆูŽุงููู„ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฃูุญูุจู‘ูŽู‡ูุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒูู†ู’ุชู ุณูŽู…ู’ุนูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูุจู’ุตูุฑู ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุชููŠ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ุจูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุชููŠ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจูู‡ูŽุง. ูˆูŽู„ูŽุฆูู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽู†ููŠ ู„ูŽุฃูุนู’ุทููŠูŽู†ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุฆูู†ู’ ุงุณู’ุชูŽุนูŽุงุฐูŽู†ููŠ ู„ูŽุฃูุนููŠู’ุฐูŽู†ู‘ูŽู‡ูยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุจูุฎูŽุงุฑููŠู‘ู.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu โ€˜Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œSesungguhnya Allah Taโ€™ala berfirman, โ€˜Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.โ€™โ€ (HR. Al-Bukhari no. 6502)

Keterangan hadits:
Secara bahasa wali berarti โ€œal qoribโ€, yaitu dekat.

Syarat disebut wali Allah:
ุฃูŽู„ูŽุง ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู†ูŽ (62) ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขูŽู…ูŽู†ููˆุง ูˆูŽูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽ (63)

โ€œIngatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.โ€ (QS. Yunus: 62-63).
Ibnu Taimiyah dari ayat di atas mengatakan,

ูุฃูˆู„ูŠุงุก ุงู„ู„ู‡ ู‡ู… ุงู„ู…ุคู…ู†ูˆู† ุงู„ู…ุชู‚ูˆู†

โ€œWali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa.โ€ (Al-Furqan, hlm. 8).

Faedah hadits:
1. Memusuhi wali Allah termasuk dosa besar.
2. Hadits ini jadi dalil keutamaan wali Allah.
3. Allah memiliki sifat cinta, dan cinta Allah bertingkat-tingkat.
4. Yang Allah cintai adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah.
5. Yang mesti didahulukan adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah, inilah asalnya.
6. Manfaat amalan sunnah:
- mendapatkan cinta Allah
- mendapatkan ma'iyatullah (pertolongan Allah pada pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki)
- doanya mudah dikabulkan.

Kaedah dari hadits:
1. Amalan wajib lebih didahulukan dari amalan tawaabi' (amalan sunnah).
2. Cinta Allah itu bertingkat-tingkat.
Hadits Ke-37: Kebaikan dan Keburukan
ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ -ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูŽุฑู’ูˆููŠ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุจู‘ูู‡ู ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ูˆูŽุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰-ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุชูŽุจูŽ ุงู„ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽูŠุฆูŽุงุชูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุจูŽูŠู‘ูŽู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ: ููŽู…ูŽู†ู’ ู‡ูŽู…ู‘ูŽ ุจูุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู’ู‡ูŽุง ูƒูŽุชูŽุจูŽู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู…ูู„ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู‡ูŽู…ู‘ูŽ ุจูู‡ูŽุง ููŽุนูŽู…ูู„ูŽู‡ูŽุง ูƒูŽุชูŽุจูŽู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุนูŽุดู’ุฑูŽ ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุณูŽุจู’ุนูู…ูุงุฆูŽุฉู ุถูุนู’ูู ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽุถู’ุนูŽุงูู ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŽุฉู.
ูˆูŽุฅูู†ู’ ู‡ูŽู…ู‘ูŽ ุจูุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉู ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู’ู‡ูŽุง ูƒูŽุชูŽุจูŽู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู…ูู„ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู‡ูŽู…ู‘ูŽ ุจูู‡ูŽุง ููŽุนูŽู…ูู„ูŽู‡ูŽุง ูƒูŽุชูŽุจูŽู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹ยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุจูุฎูŽุงุฑููŠู‘ู ูˆูŽู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ ูููŠ ุตูŽุญููŠู’ุญูŽูŠู’ู‡ูู…ูŽุง ุจูู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุญูุฑููˆู’ูู.
Dari Ibnu โ€˜Abbas Radhiyallahu โ€˜Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Taโ€™ala. Beliau bersabda, โ€œSesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.โ€ (HR. Al-Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 131 di kitab shahih keduanya dengan lafazh ini)

Keterangan hadits:
Hamma: berniat (bertekad)

Faedah hadits:
1. Kebaikan itu ada empat tingkatan:
- berniat melakukan kebaikan dan mengamalkannya, akan mendapatkan satu kebaikan sempurna hingga sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat.
- berniat melakukan kebaikan dan tidak mengamalkannya karena tidak mampu ('ajez), maka dapat pahala satu kebaikan yang sempurna.
- ada yang sudah punya kebiasaan pada kebaikan lalu ia meninggalkannya karena ada uzur (karena sakit atau safar), ia tetap dicatat pahala yang sempurna.
- jika ia berniat (bertekad) namun tidak mengamalkannya namun diakhirkan (diundur), bukan karena 'ajez (tidak mampu) dan bukan karena uzur, Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna.

2. Kejelekan itu ada empat tingkatan:
- berniat melakukan kejelekan dan mengamalkannya, maka dicatat satu kejelekan.
- berniat melakukan kejelekan dan akhirnya meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka dicatat baginya satu kebaikan yang sempurna.
- berniat melakukan kejelekan dan meninggalkannya karena tidak mampu ('ajez), maka dicatat baginya satu kejelekan.
- berniat melakukan kejelekan dan meninggalkannya bukan karena takut kepada Allah, bukan karena 'ajez (tidak mampu), maka tidak dicatat baginya apa pun.

3. Rahmat Allah bagi hamba-Nya berlipat-lipat untuk kebaikan.
4. Baiknya pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menyebut sesuatu secara mujmal (global), lalu dirinci, innallah katabal hasanaati was sayyiaati.
Hadits Ke-36: Keutamaan Akhlak dan Ilmu
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู…ูŽู†ู’ ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุนูŽู†ู’ ู…ูุคู’ู…ูู†ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุงุŒ ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู‡ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุนู’ุณูุฑูุŒ ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽุชูŽุฑูŽ ู…ูุณู’ู„ูู…ุงู‹ ุณูŽุชูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู. ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุงู„ุนูŽุจู’ุฏู ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ุนูŽุจู’ุฏู ูููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุฃูŽุฎููŠู’ู‡ู.
ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ุงู‹ ูŠูŽู„ู’ุชูŽู…ูุณู ูููŠู’ู‡ู ุนูู„ู’ู…ุงู‹ ุณูŽู‡ู‘ูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽู‡ู ุจูู‡ู ุทูŽุฑููŠู’ู‚ุงู‹ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู.
ูˆูŽู…ูŽุง ุงุฌู’ุชูŽู…ูŽุนูŽ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ูููŠ ุจูŽูŠู’ุชู ู…ูู†ู’ ุจููŠููˆู’ุชู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุชู’ู„ููˆู’ู†ูŽ ูƒูุชูŽุงุจูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูŠูŽุชูŽุฏูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู†ูŽู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู†ูŽุฒูŽู„ูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู ุงู„ุณู‘ูŽูƒููŠู’ู†ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุบูŽุดููŠูŽุชู’ู‡ูู…ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุญูŽูู‘ูŽุชู’ู‡ูู…ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุฉูุŒ ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ู…ูŽู†ู’ ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุจูŽุทู‘ูŽุฃูŽ ุจูู‡ู ุนูŽู…ูŽู„ูู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูุณู’ุฑูุนู’ ุจู‡ู ู†ูŽุณูŽุจูู‡ูยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽูู’ุธู.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu โ€˜Anhu, dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œBarangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang Mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari Kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan orang yang kesulitan (hutang), maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan Akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selagi dia menolong saudaranya. Barangsiapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah berkumpul sekelompok orang di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat meliputinya, para Malaikat mengelilinginya, dan Allah menyanjung namanya kepada Malaikat yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak akan bisa dikejar oleh nasabnya.โ€ (HR. Muslim no. 2699 dengan lafazh ini)

Keterangan hadits:
- man naffasa: siapa yang melapangkan
- kurbah: kesusahan, kesempitan
- sataro musliman: menutup aib seorang muslim
- man batthoa bihi 'amaluh: siapa yang menunda amalan, malas beramal.

Faedah hadits:
1. Keutamaan tiga hal: naffasa, yassara, sataro (melapangkan, memudahkan, menutup aib).
2. Menolong orang lain adalah jalan mendapatkan pertolongan Allah.
3. Keutamaan menuntut ilmu syari, menuntut ilmu adalah jalan mudah menuju surga.
4. Keutamaan majelis dzikir (majelis ilmu) yang berada di rumah Allah (masjid) dan keutamaan saling mengkaji Alquran yaitu mendapatkan ketenangan, dinaungi rahmat, dikelilingi malaikat, dan disanjung oleh Allah di hadapan makhluk-Nya yang mulia.
5. Nasab tidaklah bermanfaat di akhirat. Karena kita dinilai dengan amalan, bukan dengan nasab. Janganlah seseorang tertipu dengan nasabnya yang mulia.
6. Keutamaan bersaudara dalam Islam.

Kaedah dari hadits:
1. Al-jazaa' min jinsil 'amal, balasan tergantung amal perbuatan.
2. At-tafaadhul bil a'maal laa bil ansaab wal ahsaab, keutamaan seseorang dilihat dari amal, bukan dari nasab dan kedudukan.
Hadits Ke-35: Hamba-Hamba Allah Bersaudara
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ: ยซู„ุงูŽ ุชูŽุญูŽุงุณูŽุฏููˆุงุŒ ูˆูŽู„ุงูŽุชูŽู†ูŽุงุฌูŽุดููˆุงุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุจูŽุงุบูŽุถููˆุงุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุฏูŽุงุจูŽุฑููˆุงุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุจูุนู’ ุจูŽุนู’ุถููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูŽูŠู’ุนู ุจูŽุนู’ุถูุŒ ูˆูŽูƒููˆู’ู†ููˆุง ุนูุจูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูุฎูˆูŽุงู†ุงู‹. ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ู ุฃูŽุฎููˆ ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูุŒ ู„ุงูŽ ูŠูŽุธู’ู„ูู…ูู‡ูุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎุฐูู„ูู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽูƒู’ุฐูุจูู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุงูŠูŽุญู’ู‚ูุฑูู‡ู. ุงู„ุชู‘ูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ู‡ูŽุงู‡ูู†ูŽุง -ูˆูŽูŠูุดููŠู’ุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูŽุฏู’ุฑูู‡ู ุซูŽู„ุงูŽุซูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุงุชู- ุจูุญูŽุณู’ุจู ุงู…ู’ุฑูู‰ุกู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฑู‘ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ู‚ูุฑูŽ ุฃูŽุฎูŽุงู‡ู ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽ. ูƒูู„ู‘ู ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ู ุญูŽุฑูŽุงู…ูŒ: ุฏูŽู…ูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุงู„ูู‡ู ูˆูŽุนูุฑู’ุถูู‡ูยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œJanganlah kalian saling mendengki, jangan saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), jangan saling marah, jangan saling membelakangi, dan jangan saling menjual barang yang sedang ditawar saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim menjadi saudara Muslim lainnya. Tidak boleh ia menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinanya. Takwa itu di sini โ€“beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kaliโ€“. Cukuplah berdosa seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.โ€™โ€ (HR. Muslim no. 2564)

Keterangan hadits:
- Laa tanaajasyu: janganlah melakukan najsy, yaitu sengaja membuat harga barang naik, padahal ia tidak bermaksud membelinya. Najsy ini bisa memberi manfaat pada penjual atau memberi mudarat pada pembeli.
- laa yakhdzuluhu: jangan membiarkan tanpa ditolong (diterlantarkan)
- laa yahqiruhu: jangan merendahkan
- laa tadaabaruu: jangan saling membelakangi (memboikot atau mendiamkan) bisa dengan hati, bisa dengan badan.
- arti hasad:
ุงู„ู’ุญูŽุณูŽุฏูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุจูุบู’ุถู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู‡ูŽุฉู ู„ูู…ูŽุง ูŠูŽุฑูŽุงู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูุณู’ู†ู ุญูŽุงู„ู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ุณููˆุฏู
โ€œHasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.โ€ (Majmuโ€™ah Al-Fatawa, 10:111).

Faedah hadits:
1. Islam mengajarkan untuk menjalin ukhuwah (persaudaraan).
2. Islam melarang saling hasad, najsy, saling benci, saling membelakangi (mendiamkan), menjual di atas jualan saudaranya, menzalimi, enggan menolong (menelantarkan), merendahkan, mengabarkan berita bohong, merampas harta, darah, hingga kehormatan orang lain.
3. Diharamkan hal-hal yang disebutkan dalam hadits (sekitar sembilan larangan).
4. Hendaklah kita menjalin persaudaraan sesama muslim dengan baik.
5. Ajaran Islam datang untuk menjaga atau menyelamatkan darah, harta, dan kehormatan.
6. Takwa letaknya di hati.
7. Bagusnya pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ucapan dan praktik.

Kaedah dari hadits:
1. Kaedah bersaudara: al-ukhuwah mabniyyatun 'ala al-mutathallibaat, laa 'ala al-id'aa-aat, yaitu persaudaraan itu dibangun di atas apa yang orang lain suka, bukan atas tuntutan hak.
2. Kaedah fikih: al-ashlu fii damm al-muslim wa 'irdhihi wa maalihi al-hurmah, hukum asal darah muslim, hartanya, dan kehormatannya adalah terjaga (dilarang dirampas)l.
3. Kaedah hati:
Ittiqoul qolb yutsmiru ittiqoal jawarih, menjaga hati berbuah pada penjagaan terhadap anggota badan.
Hadits Ke-34: Merubah Kemungkaran
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุงู„ุฎูุฏู’ุฑููŠู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ยซู…ูŽู†ู’ ุฑูŽุฃูŽู‰ ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑุงู‹ ููŽู„ู’ูŠูุบูŽูŠู‘ูุฑู’ู‡ู ุจููŠูŽุฏูู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณุชูŽุทูุนู’ ููŽุจูู„ูุณูŽุงู†ูู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณุชูŽุทูุนู’ ููŽุจูู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽุถู’ุนูŽูู ุงู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ.
Dari Abu Saโ€™id Al-Khudri Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œBarangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, maka dengan lisannya. Jika tidak bisa, maka dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemah iman.โ€ (HR. Muslim no. 49)

Keterangan hadits:
- man ra-a: mengetahui dan yakin, maknanya adalah musyahadah (menyaksikan).
- minkum: yang dilihat dari kaum muslimin yang sudah mukallaf (yang sudah dikenai beban syariat).

Faedah hadits:
1. Pentingnya amar makruf nahi mungkar dan dibebankan pada sebagian umat.
2. Syarat nahi mungkar:
- yakin bahwa perbuatan tersebut mungkar
- kemungkaran tersebut memang salah dan dilakukan oleh orang yang pantas diingkari.
Misalnya: ada yang makan siang hari Ramadhan, namun dia sakit atau musafir, maka tidak bisa diingkari.
3. Hendaklah bertahap dalam mengingkari kemungkaran sesuai kemampuan, yaitu dengan hati, kemudian dengan lisan, kemudian dengan tangan (kuasa).
4. Mengingkari kemungkaran dengan hati caranya:
a. benci akan kemungkaran tersebut.
b. berpindah dari tempat kemungkaran tersebut.
5. Siapa yang tidak mengingkari dengan hati, berarti itu serendah-rendahnya iman.
6. Agama itu tidak ada kesulitan karena masih dikaitkan istitho'ah (kemampuan).

Kaedah dari hadits:
1. Mengingkari kemungkaran itu sama dengan menasihati, bukan menjelekkan.
2. Mengingkari kemungkaran itu berdasarkan apa yang dilihat, bukan dari tajassus (mencari-cari aib orang beriman).
3. Hendaklah mengajak yang baik dengan cara yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran dengan cara yang mungkar.
4. Tidak ada pengingkaran kemungkaran dalam hal yang masih khilaf (beda pendapat) di dalamnya dengan dua syarat:
a. khilafnya kuat, maka tidak boleh mengatakan yang berbeda dengan kita sebagai orang yang menyelisihi sunnah.
b. orang yang kita kira terjatuh dalam kemungkaran menganggapnya masih boleh.
Hadits Ke-33: Bukti Wajib Bagi Penuntut
ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู„ูŽูˆู’ ูŠูุนู’ุทูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุจูุฏูŽุนู’ูˆูŽุงู‡ูู…ู’ุŒ ู„ูŽุงุฏู‘ูŽุนูŽู‰ ุฑูุฌูŽุงู„ูŒ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽุฏูู…ูŽุงุกูŽู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู ุงู„ุจูŽูŠู‘ูู†ูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู…ูุฏู‘ูŽุนููŠุŒ ูˆูŽุงู„ูŠูŽู…ููŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽู†ู’ูƒูŽุฑูŽยป ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ููŠู‘ู ู‡ูŽูƒูŽุฐูŽุงุŒ ุจูŽุนู’ุถูู‡ู ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽุญููŠู’ุญูŽูŠู’ู†ู.
Dari Ibnu โ€˜Abbas Radhiyallahu โ€˜Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œSeandainya setiap manusia dipenuhi tuntutannya, niscaya orang-orang akan menuntut harta suatu kaum dan darah mereka. Namun, bukti wajib bagi penuntut dan sumpah wajib bagi yang mengingkarinya.โ€ (Hadits hasan, HR. Al-Baihaqi no. 21201 dalam Al-Kubro seperti ini, sebagiannya diriwayatkan dalam Shahihain, Al-Bukhari no. 4552 dan Muslim no. 1711)

Keterangan hadits:
- da'waahum: tuntutan bahwa dia yang benar
- bayyinah: hujjah atau dalil atau bukti
- mudda'i: yang mengklaim bahwa dia itu benar, ia harus datangkan bukti
- mudda'a 'alaihi: yang dituduh, dia disuruh mengingkari dengan sumpah jika tidak benar

Faedah hadits:
1. Tidak boleh menghukumi orang lain dengan sekadar tuduhan karena bisa jadi kita mengambil harta orang lain dan darah orang lain tanpa jalan yang benar.
2. Syariat melindungi harta dan darah dari tuntutan yang dusta, di mana syariat menyuruh untuk mendatangkan bukti bagi yang menuduh dan sumpah bagi yang mengingkari.
3. Di antara bayyinaat (bukti) adalah adanya saksi, atau adanya indikasi, atau yang dituduh mengaku.

Kaedah dari hadits:
Setiap tuduhan yang tidak terbukti, maka tuduhan itu batil kecuali yang dituduh mengakuinya.
Hadits Ke-32: Tidak Boleh Membahayakan
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุณูŽุนู’ุฏู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุจู’ู†ู ุณูู†ูŽุงู†ู ุงู„ุฎูุฏู’ุฑููŠู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู„ุงูŽ ุถูŽุฑูŽุฑูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุถูุฑูŽุงุฑูŽยปุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ. ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุงุฌูŽู‡ู’ ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽุงุฑูŽู‚ูุทู’ู†ููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ูŽุง ู…ูุณู’ู†ูŽุฏู‹ุงุŒ ูˆูŽุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ูููŠ ุงู„ู…ููˆูŽุทู‘ูŽุฃู ู…ูุฑู’ุณูŽู„ุงู‹ ุนูŽู†ู’ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุจู’ู†ู ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ ููŽุฃูŽุณู’ู‚ูŽุทูŽ ุฃูŽุจูŽุง ุณูŽุนููŠู’ุฏูุŒ ูˆูŽู„ูŽู‡ู ุทูุฑูู‚ูŒ ูŠูู‚ูŽูˆู‘ููŠ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูŽุง ุจูŽุนู’ุถู‹ุง.
Dari Abu Saโ€™id Saโ€™ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri Radhiyallahu โ€˜Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œTidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.โ€(Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad-Daraquthni no. 4540, dan selain keduanya dengan sanadnya, serta diriwayatkan pula oleh Malik dalam Al-Muwaththa` no. 31 secara mursal dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tanpa menyebutkan Abu Saโ€™id, tetapi ia memiliki banyak jalan periwayatan yang saling menguatkan satu sama lain)

Keterangan hadits:
Adh-dharar dan adh- dhiror:
Bermakna sama.
Dharar: memberi bahaya tanpa niatan, tanpa disengaja.
Dhirar: memberi bahaya dengan niatan, disengaja.

Faedah hadits:
Islam mendorong untuk mengangkat mudarat dan dilarang memberikan mudarat pada orang lain.

Kaedah dari hadits:
1. Adh-Dharar yuzaal
2. Adh-Dharar yudfa'u bi qodri al-imkaan.
3. Adh-Dharar yuzalu bi adh-dhoror al-akhoff.
4. Adh-Dhoror laa yuzaalu bi mitslihi.
5. Yahtamilu adh-dhoror al-khass adh-dhoror al-'amm.
Hadits Ke-31: Buah Zuhud
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุงู„ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุณูŽุนู’ุฏู ุจู’ู†ู ุณูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณู‘ูŽุงุนูุฏููŠู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฌูŽุงุกูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู: ุฏูู„ู‘ูŽู†ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽู…ูŽู„ู ุฅูุฐูŽุง ุนูŽู…ูู„ู’ุชูู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽู†ููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽู†ููŠูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุงูุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูŠูุญูุจู‘ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุงุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠู’ู…ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูŠูุญูุจู‘ูŽูƒูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูยป ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุงุฌูŽู‡ู’ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุจูุฃูŽุณูŽุงู†ููŠู’ุฏูŽ ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู.
Dari Abul Abbas Saโ€™ad bin Sahl As-Saโ€™idi Radhiyallahu โ€˜Anhu berkata: seseorang datang kepada Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam lalu berkata, โ€œWahai Rasulullah! Tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang apabila aku kerjakan, maka Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku!โ€ Beliau menjawab, โ€œZuhudlah di dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu.โ€ (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah no. 4102 dan selainnya dengan sanad yang hasan)

Keterangan hadits:
Izhad: Zuhudlah maksudnya mengambil kadar darurat atau hajat dari dunia yang Allah halalkan.

Ibnul Qayyim mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

ุงู„ุฒูู‘ู‡ู’ุฏู ุชูŽุฑู’ูƒู ู…ูŽุงู„ุงูŽ ูŠูŽู†ู’ููŽุนู ูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ูˆูŽุฑูŽุนู : ุชูŽุฑู’ูƒู ู…ูŽุง ุชูŽุฎูŽุงูู ุถูŽุฑูŽุฑูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู

โ€œZuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Sedangkan waraโ€™ adalah meninggalkan sesuatu yang membawa mudarat di akhirat.โ€

Ibnul Qayyim lantas berkata, โ€œItulah pengertian zuhud dan waraโ€™ yang paling bagus dan paling mencakup.โ€ (Madarij As-Salikin, 2:10, dinukil dari Minhah Al-โ€˜Allam, 3:138)

Faedah hadits:
1. Semangat para sahabat dalam bertanya.
2. Menetapkan sifat cinta Allah dan di antara jalan memperoleh cinta Allah adalah memiliki sifat zuhud.
3. Tidak mengapa mencari kecintaan manusia, dan hal itu dicapai dengan cara zuhud pada apa yang ada di sisi manusia.
Zuhud secara bahasa = meninggalkan.

4. Keutamaan zuhud pada dunia dan zuhud pada apa yang ada pada sisi manusia.

5. Hukum zuhud:
1. Zuhud pada syirik: wajib
2. Zuhud pada maksiat: wajib
3. Zuhud pada yang halal: sunnah, itulah bahasan hadits.

Kaedah dari hadits:
Kullama kunta 'amma fii aydin naas ab'ad kullamaa kunta lahum ahabb.
Semakin engkau menjauh dari apa yang ada di sisi manusia semakin membuatmu mendapatkan cinta mereka.
Hadits Ke-30: Batasan-Batasan Allah
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุซูŽุนู’ู„ูŽุจูŽุฉูŽ ุงู„ุฎูุดูŽู†ููŠู‘ู ุฌูุฑุซููˆู…ู ุจู’ู†ู ู†ูŽุงุดูุฑู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุฑูŽุถูŽ ููŽุฑูŽุงุฆูุถูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูุถูŽูŠู‘ูุนููˆู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุญูŽุฏู‘ูŽ ุญูุฏููˆู’ุฏุงู‹ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุนู’ุชูŽุฏููˆู‡ูŽุง ูˆูŽุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุชูŽู‡ููƒููˆู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุณูŽูƒูŽุชูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู†ูุณู’ูŠูŽุงู†ู ููŽู„ูŽุง ุชูŽุจู’ุญูŽุซููˆุง ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุงยป ุญูุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุฑูŽู‚ูุทู’ู†ููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู.
Dari Abu Tsa'labah Al-Khusyanni Jurtsum bin Nasyir Radhiyallahu โ€˜Anhu, dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œSesungguhnya Allah telah menetapkan beberapa kewajiban maka janganlah engkau menyepelekannya, dan Dia telah menentukan batasan-batasan maka janganlah engkau melanggarnya, dan Dia telah pula mengharamkan beberapa hal maka janganlah engkau jatuh ke dalamnya. Dia juga mendiamkan beberapa hal โ€“karena kasih sayangnya kepada kalian bukannya lupaโ€“ maka janganlah engkau membahasnya.โ€(Hadits hasan, HR. Ad-Daruquthni no. 4316 dan selainnya)

Keterangan hadits:
Farodho: mewajibkan
Fa laa tantahikuhaa: janganlah mendekatinya
Fa laa tabhatsu 'anhaa: janganlah membicarakannya

Faedah hadits:
1. Hadits ini jadi dalil bahwa Allah mewajibkan sesuatu pada hamba. Setiap perintah adalah di tangan Allah.
2. Syariat terbagi menjadi: faraidh (wajib), muharromaat (yang diharamkan), hudud (batasan), dan maskuut 'anha (yang didiamkan).
3. Allah mendiamkan sesuatu dan itu bentuk rahmat bagi hamba.
4. Ditetapkan sifat rahmat bagi Allah.
5. Dinafikan sifat kekurangan bagi Allah seperti lupa (nisyan).

Kaedah dari hadits:
Kaedah fikih:
Al-ashlu fiima sakata 'anhu asy-syaari'u al-ibaahah, illa fil 'ibaadaat fal-ashlu al-man'u.

Artinya: Hukum asal sesuatu yang Allah diamkan dari syariat adalah boleh (mubah). Kecuali untuk masalah ibadah jika didiamkan berarti terlarang.
Keterangan hadits:
- Ash-shaumu junnatun: puasa itu jadi pelindung seseorang dari neraka.
- Tatajaafa junubuhum 'anil madhooji': lambung mereka jauh dari tempat tidur, maksudnya mereka tidaklah tidur, tidak meletakkan lambung mereka, malam hari mereka sibuk shalat malam dan berdoa kepada Allah dengan rasa harap dan takut.
- Dzirwatu sanaamihi: puncak segala sesuatu.
- Malaki dzalika: yang bisa mengumpulkan semua itu.
- Tsakilatka ummuka: Ibumu hilang darimu. Kalimat ini bukan maksudnya adalah secara hakikat. Kalimat ini populer (daarijah) di kalangan Arab. Oleh karenanya dipakai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengingatkan agar perhatian pada nasihat yang disampaikan.
- Yakubbun naas: dilemparkan manusia dalam neraka.
- Hashoidu alsinatihim: dosa yang diucapkan oleh lisannya.

Faedah hadits:
1. Para sahabat semangat dalam bertanya dan mereka semangat dalam mencari jalan menuju surga.
2. Amal saleh adalah sebab seseorang masuk surga, dan yang dimaksudkan dalam hadits adalah dengan menjalankan rukun Islam yang lima.
3. Sebab masuk surga itu mudah jika Allah mudahkan. Maka mintalah pada Allah kemudahan.
4. Puasa dapat melindungi dari siksa neraka.
5. Sedekah akan menghapuskan dosa.
6. Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat malam dan berdoa saat malam (terutama pada sepertiga malam terakhir).
7. Pentingnya perhatian pada pokok Islam (ro'sul amri) yaitu ajaran Islam itu sendiri. Islam inilah modal penting (ro'sul maal) untuk sukses dunia dan akhirat.
8. Pentingnya shalat karena dikatakan sebagai tiang Islam. Bangunan Islam jadi ambruk dikarenakan tiangnya tidak ada.
9. Penting dan mulianya jihad di jalan Allah, karena jihad adalah syariat Islam yang paling tinggi.
Jihad ada dua macam:
a. jihad dengan ilmu berlaku tiap waktu
b. jihad dengan senjata berlaku pada waktu tertentu saja.
10. Bahaya lisan yang tergelincir, yaitu bisa membawa pada jurang kebinasaan.
11. Bagusnya pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditinjau dari dua sisi: (a) dengan ucapan dan praktik, dan (b) dengan memulai menerangkan yang ahamm fal ahmm, yaitu yang terpenting dan hal penting lainnya.
12. Semangat para sahabat radhiyallahu 'anhum dalam belajar dan menghilangkan kerancuan pikirannya.
13. Boleh mengatakan kalimat yang populer dan masyhur di kalangan Arab, dalam ucapan kasatmata terlihat tercela, namun yang nampak bukanlah yang dimaksud, seperti pada kalimat "tsakilatka ummuka", ibumu kehilanganmu.

Kaedah dari hadits:
1. Kaedah selamat dan meraih keberuntungan:
Berpegang dengan ajaran Islam itu MUDAH jika diberi taufik kemudahan oleh Allah.
2. Allah Ta'ala tidak menghukum lisan yang laghwu (sia-sia, igauan semata).
Hadits Ke-29: Pintu-Pintu Kebaikan
ุนูŽู†ู’ ู…ูุนูŽุงุฐู ุจู’ู†ู ุฌูŽุจูŽู„ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ุฃูŽุฎู’ุจูุฑู’ู†ููŠ ุจูุนูŽู…ูŽู„ู ูŠูุฏู’ุฎูู„ูู†ููŠ ุงู„ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽูŠูุจูŽุงุนูุฏูู†ููŠ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชูŽ ุนูŽู†ู’ ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠูŽุณููŠู’ุฑูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู: ุชูŽุนู’ุจูุฏู ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ุงูŽุชูุดู’ุฑููƒู ุจูู‡ู ุดูŽูŠู’ุฆูŽุงุŒ ูˆูŽุชูู‚ููŠู’ู…ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽุŒ ูˆูŽุชูุคู’ุชููŠ ุงู„ุฒู‘ูŽูƒูŽุงุฉูŽุŒ ูˆูŽุชูŽุตููˆู…ู ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุชูŽุญูุฌู‘ู ุงู„ุจูŽูŠู’ุชูŽยป
ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽู„ุงูŽ ุฃูŽุฏูู„ู‘ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจู ุงู„ุฎูŽูŠู’ุฑูุŸ ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ุฌูู†ู‘ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู ุชูุทู’ููุฆู ุงู„ุฎูŽุทููŠู’ุฆูŽุฉูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูุทู’ููุฆู ุงู„ู…ูŽุงุกู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑูŽุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ูููŠ ุฌูŽูˆู’ูู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูยป ุซูู…ู‘ูŽ ุชูŽู„ูŽุง : ๏ดฟุชูŽุชูŽุฌูŽุงููŽู‰ ุฌูู†ููˆุจูู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุถูŽุงุฌูุนู๏ดพ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุจูŽู„ูŽุบูŽ: ๏ดฟูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ๏ดพ [ุงู„ุณุฌุฏุฉ: ูกูฆ-ูกูง]
ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽู„ูŽุง ุฃูุฎู’ุจูุฑููƒูŽ ุจูุฑูŽุฃู’ุณู ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ูˆูŽุนูŽู…ููˆุฏูู‡ู ูˆูŽุฐูุฑู’ูˆูŽุฉู ุณูŽู†ูŽุงู…ูู‡ูุŸยป ู‚ูู„ู’ุชู: ุจูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฑูŽุฃู’ุณู ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ุงู„ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ูˆูŽุนูŽู…ููˆุฏูู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุฐูุฑู’ูˆูŽุฉู ุณูŽู†ูŽุงู…ูู‡ู ุงู„ุฌูู‡ูŽุงุฏูยป
ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽู„ูŽุง ุฃูุฎู’ุจูุฑููƒูŽ ุจูู…ูู„ุงูŽูƒู ุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ูุŸยป ู‚ูู„ู’ุชู: ุจูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ููŽุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุจูู„ูุณูŽุงู†ูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซูƒููู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง!ยป ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุงู†ูŽุจููŠู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽุง ู„ูŽู…ูุคูŽุงุฎูŽุฐููˆู†ูŽ ุจูู…ูŽุง ู†ูŽุชูŽูƒูŽู„ู‘ูŽู…ู ุจูู‡ูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุซูŽูƒูู„ูŽุชู’ูƒูŽ ุฃูู…ู‘ููƒูŽ! ูˆูŽู‡ูŽู„ู’ ูŠูŽูƒูุจู‘ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆูุฌููˆู‡ูู‡ูู…ู’ -ุฃูŽูˆู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ูŽุงุฎูุฑูู‡ูู…ู’- ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุญูŽุตูŽุงุฆูุฏู ุฃูŽู„ุณูู†ูŽุชูู‡ูู…ู’ุŸยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุชู‘ูุฑู’ู…ูุฐููŠู‘ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุตูŽุญููŠุญูŒ.
Dari Muโ€™adz bin Jabal Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: aku berkata, โ€œWahai Rasulullah, beritahu aku amal yang bisa memasukkanku ke dalam Surga dan menjauhkanku dari Neraka.โ€ Beliau bersabda, โ€œEngkau telah bertanya tentang masalah yang besar. Namun, itu adalah perkara yang mudah bagi siapa yang dimudahkan oleh Allah: engkau menyembah Allah jangan menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.โ€ Kemudian beliau bersabda, โ€œMaukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebajikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam.โ€ Kemudian beliau membaca ayat, โ€œLambung mereka jauh dari tempat tidurnya ...โ€ hingga firman-Nya,โ€œSebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.โ€ (QS. As-Sajdah [32]: 16-17) Kemudian beliau bersabda kembali, โ€œMaukah kamu kuberitahu pangkal agama, tiangnya, dan puncak tertingginya?โ€ Aku menjawab, โ€œMau, wahai Rasulullah.โ€ Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œPokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad.โ€ Kemudian beliau melanjutkan, โ€œMaukah kamu kuberitahu tentang kendali bagi semua itu?โ€ Saya menjawab, โ€œMau, wahai Rasulullah.โ€ Beliau lalu memegang lidahnya dan bersabda, โ€œJagalah ini.โ€ Saya berkata, โ€œWahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa karena ucapan-ucapan kita?โ€ Beliau menjawab, โ€œCelaka kamu. Bukankah banyak dari kalangan manusia yang tersungkur ke dalam api Neraka dengan mukanya terlebih dahulu โ€“dalam riwayat lain: dengan lehernya terlebih dahuluโ€“ itu gara-gara buah ucapan lisannya?โ€ (HR. At-Tirmidzi no. 2616 dan berkata, โ€œHadits ini hasan shahih.โ€)
Hadits Ke-28: Mendengar dan Taโ€™at kepada Pemimpin
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู†ูŽุฌููŠุญู ุงู„ุนูุฑู’ุจูŽุงุถู ุจู’ู†ู ุณูŽุงุฑููŠูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽุนูŽุธูŽู†ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู…ูŽูˆู’ุนูุธูŽุฉู‹ ูˆูŽุฌูู„ูŽุชู’ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุงู„ู‚ูู„ููˆุจู ูˆูŽุฐูŽุฑูŽููŽุชู’ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุงู„ุนููŠููˆู’ู†ูุŒ ููŽู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽูˆู’ุนูุธูŽุฉู ู…ููˆูŽุฏู‘ูุนู ููŽุฃูŽูˆู’ุตูู†ูŽุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃููˆู’ุตููŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู…ู’ุนู ูˆูŽุงู„ุทู‘ูŽุงุนูŽุฉู ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุนูŽุจู’ุฏูŒุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุนูุดู’ ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ุจูŽุนู’ุฏููŠ ููŽุณูŽูŠูŽุฑูŽู‰ ุงุฎู’ุชูู„ูŽุงูุงู‹ ูƒูŽุซููŠุฑุงู‹ุŒ ููŽุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุณูู†ู‘ูŽุชููŠ ูˆูŽุณูู†ู‘ูŽุฉู ุงู„ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู…ูŽู‡ู’ุฏููŠู‘ููŠู’ู†ูŽุŒ ุนูŽุถู‘ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุจูุงู„ู†ู‘ูŽูˆูŽุงุฌูุฐู. ูˆูŽุฅููŠู‘ูŽุงูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูุญู’ุฏูŽุซูŽุงุชู ุงู„ุฃูู…ููˆุฑูุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ูƒูู„ู‘ูŽ ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ุถูŽู„ูŽุงู„ูŽุฉูŒยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุฃูŽุจููˆู’ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ูˆูŽุงู„ุชู‘ูุฑู’ู…ูุฐููŠู‘ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒ ุตูŽุญููŠุญูŒ.
Dari Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang menjadikan hati bergetar dan mata menangis, lalu kami berkata, โ€œYa Rasulullah! Seolah-olah ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat.โ€ Beliau menjawab, โ€œAku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, mendengar dan patuh meskipun yang menjadi pemimpin kalian seorang budak. Baransiapa yang hidup sepeninggalku, dia akan melihat banyak sekali perbedaan. Maka, hendaklah ia berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Waspadalah kalian dari perkara yang baru dan setiap bidโ€™ah adalah sesat.โ€ (HR. Abu Dawud no. 4607 dan At-Tirmidzi no. 2676, dan dia berkata, โ€œHadits hasan shahih.โ€)

Keterangan hadits:
- Wajilat minhal quluub: Hati begitu takut.
- Dzarofat minhal 'uyun: air mata turun menangis
- 'alaika bi sunnati: ikutilah jalanku dan berpeganglah dengannya.
- bin nawajidz: gigi geraham. Pegang dengan gigi geraham artinya pegang sunnah (ajaran Nabi itu) kuat-kuat.
- bid'ah: maa ahdatsa fid diin bi ghoiri dalilin syar'iyyin, sesuatu yang dibuat-buat dalam perihal agama tanpa didukung dalil syari.
- dhalalah: sesat atau binasa.

Faedah hadits:
1. Disyariatkan memberi maw'izhah (nasihat) jika diberi pada tempatnya dan punya pengaruh.
2. Jika hati dalam keadaan takut, maka air mata akan berlinang. Sebaliknya hati yang kelam (penuh maksiat), maka sulit membuat air mata itu menangis.
3. Disyariatkan meminta wasiat apalagi yang memberi wasiat adalah ahli ilmu.
4. Wasiat terpenting adalah takwa karena takwa adalah nasihat orang terdahulu dan orang belakangan.
5. Pentingnya mendengar dan patuh pada penguasa kaum muslimin.
6. Pentingnya berpegang teguh pada ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, juga pada ajaran khula' ar-rosyidin al-mahdiyyin (dapat petunjuk dalam ilmu dan amal).
7. Hadits ini menunjukkan mukjizat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu orang yang hidup sesudah beliau akan melihat perselisihan yang banyak.
8. Berpegang teguh pada ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ajaran Khulafa' Ar-Rosyidin Al-Mahdiyyin (khalifah yang mendapat petunjuk dalam ilmu dan amal, yaitu Abu Bakar, 'Umar, Utsman, dan 'Ali) itulah jalan keselamatan.
9. Hadits ini jadi dalil bahayanya bidah karena disebut bidah itu sesat.

Kaedah dari hadits:
Kaedah dalam ittiba':
KULLU BID'ATIN DHOLALAH, setiap bidah itu sesat.

Maka tidak ada pembagian bidah jadi hasanah dan sayyiah. Bidah itu juga tidak dibagi menjadi lima hukum: wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah.
Hadits Ke-27: Kebaikan dan Dosa
ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽูˆู‘ูŽุงุณู ุจู’ู†ู ุณูŽู…ู’ุนูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุงู„ุจูุฑู‘ู ุญูุณู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูู„ูู‚ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุซู’ู…ู ู…ูŽุง ุญูŽุงูƒูŽ ูููŠ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ูˆูŽูƒูŽุฑูู‡ู’ุชูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุทู‘ูŽู„ูุนูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ.
ูˆูŽุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุจูุตูŽุฉู ุจู’ู†ู ู…ูŽุนู’ุจูŽุฏู ุฑูŽุถูู‰ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ๏ทบุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฌูุฆู’ุชูŽ ุชูŽุณู’ุฃูŽู„ู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุจูุฑู‘ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุซู’ู…ูุŸยป ู‚ูู„ู’ุชู: ู†ูŽุนูŽู…ู’! ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุงูุณู’ุชูŽูู’ุชู ู‚ูŽู„ู’ุจูŽูƒูŽ. ุงู„ุจูุฑู‘ู: ู…ูŽุง ุงุทู’ู…ูŽุฃูŽู†ู‘ูŽุชู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุณู ูˆูŽุงุทู’ู…ูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู. ูˆูŽุงู’ู„ุฅูุซู’ู…ู: ู…ูŽุง ุญูŽุงูƒูŽ ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุณู ูˆูŽุชูŽุฑูŽุฏู‘ูŽุฏูŽ ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽุฏู’ุฑูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฃูŽูู’ุชูŽุงูƒูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูˆูŽุฃูŽูู’ุชูŽูˆู’ูƒูŽยป
ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒุŒ ุฑููˆู‘ููŠู’ู†ูŽุงู‡ู ูููŠ ู…ูุณู’ู†ูŽุฏูŽูŠู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุจู’ู†ู ุญูŽู†ู’ุจูŽู„ู ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽุงุฑูู…ููŠู‘ู ุจูุฅูุณู’ู†ูŽุงุฏู ุญูŽุณูŽู†ู.
Dari An-Nawwas bin Samโ€™an Al-Anshari Radhiyallahu โ€˜Anhu, dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallambersabda, โ€œKebaikan adalah akhlak yang mulia, dan dosa adalah apa yang membuat sesak dadamu dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya.โ€ (HR. Muslim no. 2553)
Dari Wabishah bin Maโ€™bad Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: aku datang kepada Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam lalu beliau bersabda, โ€œEngkau datang untuk bertanya tentang kebaikan dan dosa?โ€ Aku menjawab, โ€œYa.โ€ Beliau bersabda, โ€œTanyakan kepada dirimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang membuat jiwa tenang dan apa yang membuat hati tentram, dan dosa adalah apa yang menyesakkan jiwa dan membuat ragu dada, meskipun manusia berfatwa kepadamu.โ€ (Hadits hasan, kami meriwayatkannya dari Musnad Imam Ahmad bin Hanbal IV/228 dan Musnad Ad-Darimi II/245-246 dengan sanad hasan)

Keterangan hadits:
- Al-birr: ismun jaami'un likulli khoirin, istilah yang mencakup segala kebaikan.

Faedah hadits:
1. Keutamaan berbuat baik pada sesama, siapa saja yang baik akhlaknya berarti ia telah mengumpulkan kebaikan dan memiliki kebaikan seluruhnya.
2. Hadits ini adalah mukjizat karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang sahabat Wabishah sebelum ia bertanya "ji'ta tas-al 'anil birri", engkau datang bertanya tentang kebaikan.
3. Al-birr (kebaikan) punya pengaruh pada jiwa dan hati, wujudnya dengan mendapatkan ketenangan hati.
4. Dosa itu bisa dideteksi tanpa mesti meminta fatwa yaitu keadaan hati yang gelisah. Namun ini berlaku bagi orang yang punya hati yang bersih dan termasuk hati orang-orang yang berbuat baik.
5. Ada dua tanda dosa di sini yaitu internal dan eksternal.
- Tanda internal: sesuatu yang menggelisahkan jiwa.
- Tanda eksternal: Tidak suka dilihat orang lain.
6. Seseorang jangan tertipu dengan fatwa manusia, padahal hatinya merasa gelisah dengannya. Maka mintalah fatwa pada orang yang berilmu.

Kaedah dari hadits:
Landasan menerima kebenaran adalah dengan berdalil, bukan dari suatu yang sudah masyhur.
Hadits Ke-26: Setiap Persendian Wajib Bersedekah
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ: ยซูƒูู„ู‘ู ุณูู„ูŽุงู…ูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูƒูู„ู‘ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุชูŽุทู’ู„ูุนู ูููŠู’ู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณู: ุชูŽุนู’ุฏูู„ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุงุซู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุชูุนููŠู’ู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ูŽ ููŠ ุฏูŽุงุจู‘ูŽุชูู‡ู ููŽุชูŽุญู’ู…ูู„ูู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุฃูŽูˆ ุชูŽุฑู’ููŽุนู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุชูŽุงุนูŽู‡ู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุงู„ูƒูŽู„ูู…ูŽุฉู ุงู„ุทู‘ูŽูŠู‘ูุจูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุจููƒูู„ู‘ู ุฎูุทู’ูˆูŽุฉู ุชูŽู…ู’ุดููŠู’ู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุชูู…ููŠู’ุทู ุงู„ุฃูŽุฐูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ุทู‘ูŽุฑููŠู’ู‚ู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุจูุฎูŽุงุฑููŠู‘ู ูˆูŽู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu โ€˜Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda, โ€œSetiap persendian manusia wajib bersedekah setiap hari di mana matahari terbit di hari itu: engkau mendamaikan antara dua orang adalah sedekah, engkau menolong seseorang untuk menaiki tunggangannya atau menggangkutkan barangnya ke atas tunggangannya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau ayunkan menuju shalat adalah sedekah, engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.โ€ (HR. Al-Bukhari no. 2707 dan Muslim no. 1009)

Keterangan hadits:
- Sulaama: semua anggota tubuh dan persendian
- 'alaihi shodaqoh: semua anggota tubuh dan persendian (jumlahnya 360) diperintah bersyukur kepada Allah dengan bersedekah setiap paginya.
- Ta'dilu bayna itsnaini: merelaikan di antara dua orang yang berselisih
- Fatahmiluhu 'alaihaa: orang ini tidak mampu menunggangi kendaraannya, lantas ia ditolong untuk naik, atau bisa juga dengan mengangkat barang-barangnya.

Faedah hadits:
1. Setiap hamba butuh untuk bersedekah dengan anggota tubuhnya yang telah Allah anugerahkan nikmat, dengan cara ia bersyukur kepada Allah. Hal ini bisa dicukupi dengan shalat Dhuha dua rakaat sebagaimana hadits riwayat Muslim,
ยซ ูŠูุตู’ุจูุญู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ู‘ู ุณูู„ุงูŽู…ูŽู‰ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ููŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽุณู’ุจููŠุญูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽุญู’ู…ููŠุฏูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽู‡ู’ู„ููŠู„ูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆูู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽู†ูŽู‡ู’ู‰ูŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ูˆูŽูŠูุฌู’ุฒูุฆู ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽุงู†ู ูŠูŽุฑู’ูƒูŽุนูู‡ูู…ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุถู‘ูุญูŽู‰ ยป
โ€œPada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar maโ€™ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 rakaโ€™at.โ€ (HR. Muslim no. 1704)

2. Sedekah tidak terbatas dengan harta saja, bisa dengan perbuatan, kalimat yang baik, sampai juga dengan menolong orang dan mendamaikan yang berselisih.
3. Kita dianjurkan untuk menolong saudara muslim.
4. Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat berjamaah dan berjalan ke masjid. Dan shalat berjamaah bagi laki-laki dihukumi wajib.

Kaedah dari hadits:
- Kullu kalimatin thoyyibatin shodaqoh, setiap kalimat yang baik adalah sedekah.

Kalimatun thoyyibatun ada dua macam:
1. Al-ashlu (pokok): membaca Alquran dan dzikir
2. Al-uslub (cara bicaranya baik): contohnya, bertanya kepada seorang tentang keadaan.
Hadits Ke-25: Setiap Kebaikan Sedekah
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุฐูŽุฑู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽูŠู’ุถุงู‹: ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู†ูŽุงุณุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ๏ทบ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ: ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡! ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏู‘ูุซููˆู’ุฑู ุจูุงู„ู’ุฃูุฌููˆู’ุฑูุŒ ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู’ู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ู†ูุตูŽู„ู‘ููŠุŒ ูˆูŽูŠูŽุตููˆู’ู…ููˆู’ู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ู†ูŽุตููˆู’ู…ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุชูŽุตูŽุฏู‘ูŽู‚ููˆู’ู†ูŽ ุจููุถููˆู’ู„ู ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูู…ู’.
ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ู…ูŽุง ุชูŽุตู‘ูŽุฏู‘ูŽู‚ููˆู’ู†ูŽุŸ ุฅูู†ู‘ูŽ ุจููƒูู„ู‘ู ุชูŽุณู’ุจููŠู’ุญูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽูƒู’ุจููŠู’ุฑูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽุญู’ู…ููŠู’ุฏูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุชูŽู‡ู’ู„ููŠู’ู„ูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ุจูุงู„ูู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ูู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽู†ูŽู‡ู’ูŠูŒ ุนูŽู†ู’ ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽูููŠู’ ุจูุถู’ุนู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒยป
ู‚ูŽุงู„ููˆุง: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุฃูŽุญูŽุฏูู†ูŽุง ุดูŽู‡ู’ูˆูŽุชูŽู‡ู ูˆูŽูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ุฃูŽุฌู’ุฑูŒุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ู’ ู„ูŽูˆู’ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุง ูููŠ ุญูŽุฑูŽุงู…ูุŒ ุฃูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูุฒู’ุฑูŒุŸ ููŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุง ูููŠ ุงู„ุญูŽู„ูŽุงู„ู ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑูŒยป ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu โ€˜Anhu: sekelompok manusia dari Sahabat Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam berkata kepada Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, โ€œYa Rasulullah! Orang-orang kaya memborong banyak pahala. Mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa seperti kami puasa, tetapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.โ€ Beliau bersabda, โ€œBukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa yang bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap memerintah yang maโ€™ruf adalah sedekah, setiap melarang kemungkaran adalah sedekah, dan pada senggama kalian ada sedekahnya pula.โ€ Mereka berkata, โ€œYa Rasulullah! Benarkah salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya lantas dia mendapat pahala?โ€ Beliau menjawab, โ€œBagaimana menurut kalian, jika dia melampiaskannya pada yang haram, bukankah dia akan mendapat dosa? Begitu pula, jika dia melampiaskannya pada yang halal, maka dia mendapat pahala.โ€ (HR. Muslim no. 1006)

Keterangan hadits:
Ahlud dutsur: orang yang memiliki banyak harta.
Budh'i: jimak dan yang dimaksud adalah kemaluan. Jika syahwat dilampiaskan pada yang halal akan mendapatkan pahala. Jika syahwat dilampiaskan pada yang haram akan mendapatkan dosa.
Wizrun: dosa

Faedah hadits:
1. Hadits ini jadi dalil semangatnya sahabat dalam kebaikan dan mereka saling berlomba-lomba dalam beramal saleh.
2. Hadits ini jadi dalil bahwa sedekah tidak terbatas dengan harta saja, sedekah bisa dengan amalan lainnya seperti tasbih, takbir, tahmid, bisa juga dengan amar makruf nahi mungkan, bisa juga dengan hubungan intim.
3. Dalam hadits disebutkan ada sedekah wajib dan ada sedekah sunnah.
4. Hadits ini memerintahkan untuk berbuat baik pada pasangan (suami istri), dan berbuat baik seperti ini termasuk qurobat (ibadah), wa fii budh'i ahadikum shodaqoh. Akan tetapi seperti ini butuh niat.
5. Hendaklah kita menguatkan diri dengan dalil, apalagi seorang mufti dan penuntut ilmu syari hendaklah menguatkan perkataannya dengan dalil. Inilah kesempurnaan dalam jawaban.
6. Bagusnya pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan memberikan contoh.
7. Boleh berdalil dengan qiyas. Dalam hadits ini ada penggunaan qiyas al-'aks (qiyas sebaliknya).

Kaedah dari hadits:
Al-mubaahaat tushiiru bi niyyaat tha'aat, perbuatan mubah bisa jadi ketaatan dengan NIAT.

Seperti berhubungan intim dalam rangka menjaga diri dari zina dan memenuhi kebutuhan syahwat pada istri, begitu pula sebaliknya. Jika niatnya seperti ini, maka jimak yang mubah berubah menjadi ibadah (ketaatan).
See more posts

View in Telegram