Isa Alamsyah

Motivasi – Kepenulisan – Edukasi- Parenting – Solusi dan Ide Pembaharuan

View in Telegram

Recent Posts

sedekah tiket agar dhuafa dan yatim bisa terhibur sekaligus mendapat semangat kebaikannya-sebagai upaya lain mendukung film baik.

Jika film seperti ini menjelma tren- maka tercapailah keinginan para pejuang yang menempuh salah satu jalan mahal dan sulit ini. Bioskop menjelma tempat di mana penontonnya mendapatkan hiburan sekaligus pencerahan. Ketika sesuatu yang hangat tertinggal di hati meski layar telah gelap dan film telah lama selesai.

(Film Jomblo fi Sabilillah sedang tayang di bioskop. Jangan tunda menonton karena layar menipis. Semoga berkenan mendukung film baik yang mengusung inspirasi kebaikan. Insya allah menghibur. Komedi, romance, tapi juga banyak membuat bunda-bunda menangis karena cerita didukung akting yang menyentuh. Jangan buang tiketnya karena ada lomba review berhadiah cash, terakhir tanggal 18 Sept. More info cek iG @jomfisthemovie ya🙏)
Padahal akhir pekan adalah momen yang ditunggu dengan harap-harap cemas oleh produser- sebab potensial bagi mendulang penonton.

Film-film yang hanya bertahan satu dua hari, sebab miskin yang menonton, bisa ditebak mustahil balik modal. Bagaimana pula keterampilan penggiat film baik ini akan terasah?

Kepedulian dan dukungan masyarakat untuk ramai-ramai menonton film baik, pada hari pertama rilis akan menjadi solusi. Kenyataannya walau para film maker muslim terus mensosialisasikan hal ini, tetap saja sulit memancing penonton di hari pertama tayang di bioskop.

Jika sudah tahu perjuangan di perfilman sulit, kenapa tetap dilakukan? Atau seperti pertanyaan si muslimah, kenapa tidak membuat konten untuk youtube dan televisi?

Dakwah via bioskop sangat efektif menyentuh kalangan umum yang tidak rajin ke masjid, tidak terjangkau ceramah atau forum-forum pengajian.

Jika berhasil, sangat menggerakkan secara ekonomi dan memberi kekuatan lebih besar untuk mendanai proyek-proyek kebaikan dan kemanusiaan.

Ketika film Hayya 1 tayang di bioskop empat tahun lalu, Amman Palestin, NGO yang bergerak untuk Palestina, mengatakan, “Film Hayya hanya butuh beberapa jam saja untuk mencapai apa yang kita lakukan bertahun-tahun untuk mengingatkan masyarakat akan perjuangan rakyat Palestina yang terus berlangsung.”

Tidak hanya sukses mengingatkan masyarakat tentang isu kemanusiaan di Palestina, film Hayya 1 sukses meraup 720 ribu penonton, dan pada akhirnya jajaran produser bisa menyisihkan sedekah senilai 2,7 miliar untuk Palestina dan anak-anak yang membutuhkan di Indonesia Timur.

Efektivitas seperti ini sulit dicapai melalui pendekatan lain. Belum lagi film merupakan media andal tidak hanya untuk menyebarkan kebaikan melainkan juga untuk mempropagandakan hal-hal yang menyimpang, baik dalam tayangan seri televisi, apalagi OTT juga layar lebar.

Penonton bioskop tidak memiliki pilihan kecuali para produser film baik berjibaku, mengambil resiko untuk memberikan warna berbeda di layar bioskop.

Sebuah ikhtiar yang diambil Warna Pictures melalui film Jomblo Fi Sabilillah yang akan tayang Kamis, 14 September di bioskop.

Ketika banyak film mengulik kisah cinta sebagai sesuatu yang didewa-dewakan, seolah pacar adalah prioritas pertama, film ini justru mengangkat nasihat lain.
“Bahagiakan dulu Mamak kau, baru kau bahagiakan anak gadis orang.” ungkap salah satu karakternya.

Ketika sebagian anak muda tak berminat menyentuh buku, Yusuf, yang diperankan Ricky Harun justru kemana-mana sibuk merekomendasikan judul-judul yang menurutnya dibutuhkan rekan-rekan Jomblo fi Sabilillah.

Saat banyak anak muda kehilangan semangat menyelesaikan kuliah, salah satu karakter di film ini bertekad membahagiakan ibunya dengan segera menyelasaikan kuliah.

Sementara fenomena maraknya cinta ditolak, putus, atau gagal menikah lalu putus asa dan berbuat nekad, di film ini justru hadir karakter yang bertahan bahkan menjadi penasehat bagi para pemuda yang belum menikah itu, saking banyaknya reputasi putus ketika pacaran, ditolak saat taaruf, bahkan berkali-kali menderita pembatalan saat pernikahan sudah di depan mata.

Karakter Annisa yang dimainkan Nabilah Ayu mewakili keresahan para pemudi kita yang sudah pacaran bertahun-tahun tapi tak menemukan kejelasan kapan akad nikah dilangsungkan? Tapi film ini bukan hanya untuk para jomblo, sebab isu KDRT, perceraian termasuk trauma yang walau tak disengaja digoreskan kedua orang tua pada ananda, dan ternyata abadi- turut ditampilkan dengan menyentuh.

Memproduksi film hanya sebuah langkah kecil namun
harus ada yang berjuang di shaf dakwah ini agar masyarakat memiliki pilihan.

Jika film religi atau film nasional dengan muatan baik sukses meraih penonton, insya allah akan semakin banyak rumah produksi menghadirkan film keren dengam nilai kebaikan yang tampil indah dan kuat.

Mungkin tergerak keinginan yang sama, mulai ada satu dua komunitas berinisiatif menggelar nobar, atau
pengusaha muslim melakukan
Menempuh Jalan Sulit dan Mahal

“Kenapa para film maker muslim tidak memperbanyak konten youtube saja yang murah dan bisa dinikmati gratis? Kenapa harus membuat film yang memakan biaya miliaran, sementara jaminan balik modal belum tentu?”

Pertanyaan yang saya terima pada acara pemutaran khusus film adaptasi novel Jomblo Fi Sabilillah, itu saya yakin dillontarkan tanpa maksud melemahkan semangat.

Ada benarnya juga. Seorang produser dari rumah produksi yang sudah berpengalaman, bercerita bahwa dia memutuskan berhenti membuat film karena terlalu banyak faktor yang tidak bisa dikendalikan. Terlalu banyak resiko.

Berpikir positif, pertanyaan muslimah terpelajar tersebut mungkin juga lahir karena perasaan iba kepada teman-teman yang berjuang di ranah yang lebih sering tidak menguntungkan. Kemungkinan film religi diminati di tengah antusias masyarakat terhadap film luar atau genre horor yang memiliki penonton fanatik- memang sulit diprediksi.

Pendapat tersebut mungkin juga selaras dengan opini beberapa tokoh yang merasa dakwah di bioskop tidak penting sehingga tidak merasa perlu memberikan dukungan penuh, walaupun film yang dibuat berlimpah semangat kebaikan.

Padahal pengaruh media audio visual luar biasa, juga kerusakan yang ditimbulkan ketika tayangan yang harusnya menjadi hiburan kemudian dititipi muatan-muatan yang tidak sesuai akidah dan menyimpang dari fitrah. Kerusakan ini telah berlangsung lama dan terus terjadi.

Di luar komentar si muslimah, saya bersyukur mulai banyak ulama memahami pentingnya mewarnai bioskop dengan tayangan yang menuntun dan tanpa mudharat. Khususnya ketika kita tidak bisa menjaga konten youtube maupun OTT saat ini dari rembesan tayangan luar yang bablas moral. Alhamdulillah walau belum semua- muncul tokoh pesantren, pemuka agama, politisi muslim yang mendukung film islami.

Ya, kami tidak sendiri berjalan di tanah terjal ini. Walau memang masih perlu waktu mengkondisikan agar kalangan luas bergerak mensupport film baik. Untuk benar-benar membangun solidaritas umat mayoritas di negeri ini agar mendahulukan menonton film-film baik hingga bertahan lama di bioskop.

Itulah sebabnya, saya merasa perlu membuat tulisan ini sebagai ruang diskusi. Semoga menjawab pertanyaan kenapa harus berdakwah lewat layar lebar, dan bukan youtube atau melalui media sosial.

Alasan film-film inspiratif di bioskop harus didukung, pertama sebab dakwah melalui bioskop merupakan dakwah mahal dan sulit. Sebuah film rata-rata menguras kocek tiga miliar rupiah, bahkan bisa lebih. Belum biaya promosi yang oleh rumah produksi ternama bisa mencapai tiga bahkan lima kali biaya pembuatan filmnya.

Kebanyakan produser muslim tidak memiliki cadangan dana atau mendapat peluang barter, hingga trailer film mereka bahkan sulit diiklankan di televisi. Tantangan kembalinya modal yang terasa besar bagi pembuat film dari PH kecil, masih ditambah tidak ada batasan minimal berapa hari film tersebut akan ditayangkan di bioskop.

Bukan satu dua film yang diproduksi dengan dana rendah, dinilai belum memadai untuk mendapat banyak layar. Biasanya mereka hanya diberi kesempatan menampilkan film pada dua bioskop di Jakarta.

Mereka yang mendapat layar lebih, mengalami pukulan telak ketika film tayang kurang dari tiga hari. Bahkan tidak sedikit yang sehari tayang, hari kedua sudah dicopot dari jadwal. Salah satunya karena masyarakat menunda dan tidak bersegera menonton film baik di hari pertama rilis. Tentu saja alasan masyarakat menunda bisa maklumi. Kecuali akhir pekan, kebanyakan orang tua harus bekerja, sementara anak-anak masih sekolah. Lantas siapa yang mau kamis ke bioskop kecuali dengan spirit tertentu?

Jika begitu apa saja akibat penundaan ini bagi film baik yang sedang tayang?

Biasanya judul baru film Indonesia muncul setiap Kamis. Jika di hari pertama animo penontonnya sedikit, bisa jadi sebelum akhir pekan, film langsung diturunkan. Artinya, maksud hati menonton pada Sabtu atau Ahad ternyata sejak Jumat sudah tidak lagi main di bioskop.
Meeting
https://s.id/bdbdwiindra

https://us06web.zoom.us/j/86177606887?
KBM Mencetak Penulis Miliader Pertama di Aplikasi Indonesia

KBM mencatatkan sejarah dengan menghasilkan penulis App pertama asli Indonesia yang memperoleh bagi hasil mencapai Rp 1 miliar rupiah.

Belum pernah dalam sejarah Indonesia ada penulis yang mendapat penghasilan senilai itu dari sebuah aplikasi kepenulisan Indonesia.

Dwi Indrawati, sang penulis adalah sosok sukses yang bisa menjadi sumber inspirasi banyak wanita Indonesia, ibu rumah tangga, dan penulis pada umumnya.
Dengan pencapaiannya, Dwi Indrawati membuktikan tidak perlu menjadi penulis top untuk sukses di dunia aplikasi kepenulisan.
Ada yang pernah bergabung dengan grup KBM di FB dengan member 1,2 juta orang? Kenal Dwi Indrawati di sana? Nama Dwi Indra tidak dikenal di grup tersebut. Sama sekali bukan penulis yang femes di sana. Jadi kalau ada yang bilang KBM tempat sukses untuk penulis femes salah besar karena Dwi memulai bukan sebagai penulis femes.

Penulis ini juga membuktikan bahwa bukan duluan yang bisa sukses di KBM App. Dwi Indra bisa dibilang terlambat bergabung beberapa bulan dibandingkan penulis lain, namun kenyataannya ia bisa menyusul jadi nomor satu. Jadi KBM sangat terbuka untuk penulis baru. Tidak ada senioritas. Beberapa penulis yang baru bergabung juga ada yang pernah menyusul perolehan bulanan Dwi Indra walau kemudian disusul kembali. Artinya semua berjalan natural dan adil.

Di sisi lain, ibu dari dua anak ini juga menujukkan bahwa penulis yang tidak laku bukunya bisa juga sukses. Dia pribadi yang pantang menyerah. Sebelum bergabung di KBM App Dwi Indra mencoba peruntungan menjual buku fisik. Namun, untuk menjual seratus buku saja tidak habis. Jika ia patah hati dan hanya percaya bahwa tulisannya tidak laku di buku fisik maka tidak laku di app mungkin kita tidak mengenal penulis miliader ini. Justru karena ia percaya untuk mencoba setiap kesempatan makanya ia berhasil.

Satu hal yang penting kita ikuti, Dwi Indra adalah penulis yang banyak belajar. Saat ini banyak penulis pemula yang mengeluh penghasilannya kecil karena tidak banyak yang unlock. Ketika disarankan membaca karya sukses malah mengeluh karena harus membayar. Padahal belajar itu adalah investasi. Lalu disarankan baca saja 10 bab pertama yang gratis, tetap saja berdalih, tidak ada waktu.
Sebaliknya, Dwi Indra, sekalipun sukses selalu menyediakan waktu untuk membaca karya lain. Dia membaca karya lain yang laku, dan juga belajar dari karya lain yang bagus. Jika kalah dalam perlombaan ia mempelajari karya yang menang agar memahami cara menulis dengan kualitas juara. Ia menyempatkan baca karya nomor satu juara KWC untuk menyerap ilmu kepenulisannya.

Dwi Indra juga sosok penulis yang memperhatikan pemasaran dan telaten menjaga jaringan pembaca. Ia membagikan give away untuk menjaga pembaca. Ia mempunyai trik-trik khusus untuk membuat pembaca setia dan unlock karyanya.

Dan terpenting, ini kunci utama, penulis ini mampu menulis dengan gaya kepenulisan yang membuat orang penasaran untuk membaca kelanjutan ceritanya. Ia bisa membuat pembaca marah, geram dengan karakter sebuah cerita. Artinya ia sukses mengaduk emosi pembaca dan akhirnya mengikat loyalitas pembaca.
Bagaimana itu semua dilakukan?
Mari kita dengar apa trik dan tip Dwi Indra malam ini di Belajar dari Bintang, 6 September 2023 pukul 19.30

____


Staretegi dan program KBM untuk adsense

Malam ini KBM App akan mengungkap beberapa program yang membuat kamu berpotensi penghasilan dari Ad Sense.

Dengan program ini kamu bisa berpenghasilan dari cerpen, juga mungkin berpenghasilan dari puisi serta bukan mustahil juga berpenghasilan dari menulis tip kepenulisan.

Kamu juga bisa berpenghasilan dari mini series (novelet) yang jumlah bab nya kurang dari 10.
Bagaimana caranya?

Hadiri BDB bersama Isa Alamsyah
Rabu, 6 September 2023 pukul 18.30


_


BELAJAR DARI BINTANG BERSAMA DWI INDRAWATI
Tema: Sharing Tips Sukses Penulis 1 Milyar!

Hari: Rabu, 6 September 2023
Pukul: 18.30 s.d 20.30 WIB

Join Zoom
trekking gunung dan kepenulisan
Kondangan dan kepenulisan
golf dan kepenulisan
Bukan masalah berapa banyaknya cerbung yang kamu buat tapi sebarapa cerbung itu menarik pembaca.
Bukan berapa banyak cerbung/buku yang kamu tulis yang menentukan kamu sukses aatau berpenghasilan dari menulis. Melainkan seberapa karyamu memarik pembaca. Satu buku yang dibaca 1 juta orang jelas lebih berharga dari 10 buku yang tidak menarik dan dibaca sedikit orang.
Komentar IR
Ini yang terjadi padaku, Pak, belum ada cerita baru, sebelum tes pasar udah kutamatin, eh ternyata tes pasar gak berhasil-hasil, sepi terus
Terima kasih Pak Isa sangat bermanfaat masukannya🙏 (Strategi Sebelum Menamatkan Cerbung di Aplikasi.) Kalau pengalaman saya pribadi, cerita banyak yang belum tamat, tapi pembaca banyak yang menghilang. Salah satu hal yang saya sadari, karena masih kurang konsisten dalam menulis, ini yang membuat pembaca kabur.

Jawab:
Yang membuat cerita belum tamat tapi pembaca menghilang (walau masih dilanjutkan) bukan karena konsistensi, tapi karena:
- cerita tidak menarik jadi gak mau dilanjutkan
- Ending per bab kurang menggigit.
- Endingnya tidak bikin penasaran
-Tokoh tidak membuat pembaca dekat - jadi gak peduli juga pembaca pada si tokoh
Strategi Sebelum Menamatkan Cerbung di Aplikasi.
Isa Alamsyah

Jika kamu berencana menamatkan cerbung yang sudahmenghasilkan uang, usahakan sudah ada cerbung lain yang locked (sudah bab 11). Jika tidak, kamu berpotensi kehilangan penghasilan.

Jika kamu menamatkan cerbung yang menghasilkan dan belum ada cerbung lain sama sekali, maka bukan hanya berpotensi kehilangan penghasilan tapi juga kehilangan pembaca.

Usahakan sebelum tamat sudah ada cerbung baru yang ditulis pararel, sehingga pembaca setia baca cerbungmu yang lain setelah karya lama tamat.

Jika cerbungmu tamat tanpa ada cerbung lain, pembaca akan beralih membaca cerbung karya penulis lain. Awalnya mungkin sambil menunggu karya terbarumu, namun bukan mustahil, jika betah di sana, mereka melupakanmu dan kamu kehilangan pembaca.
Jangan pernah tamat sebelum cerbung baru masuk bab unlock. Kamu kehilangan momentum. #tiptuliskbmapp
Oleh-oleh tip kepenulisan dari jalan pagi di UI
Oleh2 tip menulis dari Trans Mart Studio
See more posts

View in Telegram